Ilustrasi (foto: Gazzettadellosport.it)
Ilustrasi (foto: Gazzettadellosport.it)

DOMIGADO – “Derby”, merupakan pertandingan yang selalu dinantikan para fans dalam dunia sepak bola. Tidak ada pertandingan yang lebih panas bagi fans selain partandingan derby. Derby lebih dari sebagai pertandingan, derby adalah pertaruhan kebanggaan klub dan juga penggemar sepak bola. Derby adalah perang habis-habisan antara dua klub sepakbola, dengan pemenang mendapat hak untuk menyombongkan diri.

Sepak bola sejatinya merupakan olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas baik di dalam dan luar lapangan. Namun, pada kenyataannya olahraga 11 lawan 11 itu kerap menjadi pemicu rivalitas panas antar klub dan tak jarang juga, hingga terjadi gesekan antar suporter. Rivalitas antar klub sebenarnya hal yang lumrah terjadi di sepak bola. Dengan tingginya intensitas permainan, ketatnya liga membuat segalanya menjadi mungkin dan rasa kompetitif tersebut semakin terjaga.

Namun, terkadang ada beberapa oknum yang melanggar batasan. Bahkan, sampai harus kehilangan nyawa akibat mendukung tim sepak bola kebanggan. Tak hanya itu, penyebab yang lain seperti masalah bisnis, politik, hingga fanatisme buta pun dapat memicu rivalitas antar klub. Derby mana saja yang memiliki sejarah paling panas di dunia sepak bola? Berikut 7 derby terpanas dalam dunia sepakbola yang berhasil redaksi Domigado.com himpun dari berbagai sumber.

1. The Intercontinental Derby (Fenerbahce vs. Galatasaray)

Rivalitas antara Fenerbahce dan Galatasaray dijuluki derby paling pahit di Eropa (foto: AFP)
Rivalitas antara Fenerbahce dan Galatasaray dijuluki derby paling pahit di Eropa (foto: AFP)

Fenerbahce dan Galatasaray adalah dua klub yang berasal dari kota yang sama, Istanbul. Rivalitas kedua klub ini bisa dibilang derby paling intens dan pahit di sepak bola Eropa. Pasalnya, pertarungan tersebut melibatkan segalanya. Mulai dari rasisme, vandalisme, pertarungan di lapangan dan hooliganisme. Puncaknya pada tahun 2013, ketika ada penusukan kepada pendukung Fenerbahce serta nyanyian rasis yang ditujukan kepada pemain asal Afrika.

Namun, terlepas dari sisi gelap rivalitas kedua klub tersebut. Fenerbahce dan Galatasaray memiliki persaingan yang ketat dan selalu menarik di setiap tahunnya. Dalam 111 tahun sejarah mereka, klub yang bermarkas di Istanbul itu telah bertemu sebanyak 391 kali. Fenerbahce unggul dengan kemenangan sebanyak 146 dibanding Galatasaray 124 kali.

Tetapi, Galatasaray berhasil unggul dalam perolehan gelar Liga Super Turki sebanyak 22 kali dan Fenerbahce hanya 19 kali. Selain itu, tim berjuluk Cimbom Aslan ini pun memiliki gelar paling banyak di Piala Turki sebanyak 18 kali dan Fenerbahce hanya enam kali.

2. Derby Della Madonnina (AC Milan vs. Inter Milan)

Foto paling ikonik Marco Materazzi dan Manuel Rui Costa dalam derby Della Madonnina (Foto: Reuters/Stefano Rellandini)
Foto paling ikonik Marco Materazzi dan Manuel Rui Costa dalam derby Della Madonnina (Foto: Reuters/Stefano Rellandini)

Derby Milan dianggap sebagai yang terbesar di Italia. Derby ini diperebutkan oleh dua tim sekota, yaitu AC Milan dan Inter Milan serta dimainkan di stadion San Siro, yaitu kandang bersama kedua tim tersebut. Dalam sejarahnya yang kaya dan penting, derby Milan banyak dikenal sebagai ladang pertempuran daripada sekadar sebuah pertandingan sepak bola.

Pertandingan ini juga sering kali dilabeli dan dilatarbelakangi oleh orang-orang yang mempunyai latar belakang politik kuat. Seperti halnya AC Milan yang pernah dipimpin oleh mantan perdana menteri Italia, Silvio Berlusconi, dan Inter Milan yang pernah dipimpin oleh pengusaha terkemuka, Massimo Moratti.

Derby Della Madonnina menjadi yang paling unik di antara rivalitas antar klub lainnya. Pasalnya AC Milan dan Inter Milan sama-sama mempunyai gelar Serie A sebanyak 18 kali. Tak hanya itu, kedua klub tersebut juga saling berbagi rumah yang sama, di San Siro Stadium. Kedua tim telah saling berhadapan 296 kali dalam pertandingan resmi dan tidak resmi, dan AC Milan memegang keunggulan dengan 112 kemenangan.

3. Derby of Eternal Enemies (Olympiakos vs Panathinaikos)

Derby antara Olympiakos dan Panathinaikos sering terjadi kerusuhan (foto: Getty Images)

Derby antara Olympiakos dan Panathinaikos sering terjadi kerusuhan (foto: Getty Images)

Tak hanya Liga Argentina saja yang mengalami permasalahan dengan pendukungnya yang berasal dari tingkatan ekonomi yang berbeda. Ternyata hal serupa pun terjadi pada Liga Yunani antara Olympiakos dan Panathinaikos. Pendukung Olympiakos datang dari pinggiran Athena di Piraeus, yang notabenenya kelas pekerja. Sedangkan Panathinaikos mendapat dukungan dari bagian kota yang kaya.

Setelah bertahun-tahun permasalahan ekonomi selesai, permasalahan baru mulai datang di dunia sepak bola yang menjadi lebih ganas dan gila dengan setiap pertandingannya. Derby Olympiakos dan Panathinaikos cukup menarik untuk disimak. Dalam sejarah pertemuan kedua klub, Olympiakos berhasil mendominasi Panathinaikos dengan track record 45-20 di Liga Super Yunani.

4. The Old Firm (Celtic vs Rangers)

Old Firm Derby Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers (foto: skysports.com)

Old Firm Derby Glasgow Celtic vs Glasgow Rangers (foto: skysports.com)

Derby Old Firm dipertandingkan antara dua klub paling sukses dalam sejarah sepakbola Skotlandia, Rangers dan Celtic. Pertandingan ini adalah salah satu yang paling tertua dan diperebutkan dengan sengit dan bertanggung jawab dalam menghasilkan pendapatan besar bagi perekonomian negara. Permainan ini juga memiliki sejarah kekerasan dengan sejumlah penggemar yang terlibat dalam invasi lapangan serta vandalisme; kekerasan bahkan telah mengakibatkan beberapa kematian selama bertahun-tahun. Singkatnya, orang harus menanggung risikonya sendiri jika mereka ingin melihat pertandingan.

Dalam derby tersebut konflik Katolik dan Protestan kerap hadir mengiringi sebuah pertandingan sepakbola. Pertandingan yang terjadi di Glasgow ini juga menghadirkan permasalahan politik dan situasi sosial. Kedua tim kerap dikaitkan dengan dua ideologi dan identitas yang berbeda, dan selama 132 tahun kedua tim selalu diiringi dengan kekerasan. Tahun 1980, menjadi saksi dari kerasnya derby ini, ribuan penonton saling jotos di tengah lapangan selepas pluit akhir berbunyi.