Duel Dewa Kipas vs Irene Kharisma akhirnya terwujud (ilustrasi: getty images)
Duel Dewa Kipas vs Irene Kharisma akhirnya terwujud (ilustrasi: getty images)

DOMIGADO – Duel yang ditunggu-tunggu netizen akhirnya terwujud. Dadang Subur pemilik akun Dewa Kipas akhirnya akan menghadapi Grand Master catur Irene Kharisma. Duel Dewa Kipas vs Irene ini diketahui usai presenter Deddy Corbuzier menggugah video di akun Instagram pribadinya. Deddy juga mengatakan bahwa duel antara Dewa Kipas vs Irene akan disiarkan secara live di chanel Youtubenya.

Duel tersebut rencananya akan digelar pada Senin (22/03/2021). Dilansir dari laman Indosport, sebelumnya, Dewa Kipas yang menolak tantangan dari pecatur Anjas Novita justru menantang Irene Sukandar. Dewa Kipas tampak ingin memberikan pembuktian setelah sakit hati dengan pernyataan Irene.

“Saya sebetulnya bukan menolak pertandingan dengan mas Anjas, karena saya dan mas Anjas itu tidak ada permasalahan. Takut memperburuk keadaan. Tapi saya sakit hati dengan pernyataan Irene,” ujar Dewa Kipas.

Pak Dadang saat diundang ke podcast Deddy Corbuzier (foto: Instagram Deddy Corbuzier)
Pak Dadang Dewa Kipas saat diundang ke podcast Deddy Corbuzier (foto: Instagram Deddy Corbuzier)

“Yang pertama karena mbak Irene udah mengatakan Dewa Kipas itu sudah mempermalukan percaturan Indonesia. Yang kedua mbak Irene bilang, ‘Tidak ada yang jago yang turun dari gunung. Tiba-tiba jago, ini bukan komik’. Saya sakit hati dengan pernyataan itu dan ingin menuntaskan semuanya di atas papan catur,” sambungnya.

Irene sendiri sempat dikabarkan tidak menyanggupi tantangan Dewa Kipas, namun Deddy Corbuzier mengkonfirmasi bahwa pihak Grand Master bukan menolak tantangan Dadang Subur, melainkan masih menunggu izin dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Deddy Corbuzier sebagai pemilik channel ‘Close The Door’ itu juga sudah menyiapkan hadiah total sebayak Rp150 juta. 

“Saya menyiapkan hadiah total 150 juta rupiah. Kalah menang dapat semuanya,” ujarDeddy Corbuzier.

Dukungan netizen kepada Dewa Kipas demi mengalahkan Irene

Jagad internet sebelumnya digegerkan dengan peristiwa pemblokiran akun Dewa Kipas di aplikasi catur online Chess.com. Akun Dewa Kipas milik Dadang Sunandar atau Pak Dadang ini dituduh melakukan kecurangan saat menang atas akun Gotham Chess yang dipegang pecatur internasional IM Levy Rozman.

Akun Dewa Kipas pun diblok oleh Chess.com dan kemudian netizen menyerang Gotham Chess serta Chess.com hingga peristiwa ini menjadi trending di media sosial. Irene menyebut Dewa Kipas telah mencoreng pecatur Indonesia karena dugaan melakukan kecurangan. Merasa sakit hati dengan pernyataan Irene, Pak Dadang pun akhirnya menantang Irene untuk bertanding.

Mendengar kabar terwujudnya duel antara Dewa Kipas vs Irene, netizen Indonesia ramai-ramai mendukung Dewa Kipas untuk mengalahkan Irene. Banyak dukungan yang diberikan netizen kepada Dewa Kipas dan menganalogikan sebagai duel ini sebagai duel antara Borjuis vs Proletar. “GM Irene vs Dewa Kipas sama kaya Borjuis vs proletar. GM Irene belajar di club catur, sedangkan pak dadang menimba pengalaman di pos ronda. Bakal menarik sih kalo dewa kipas yang menang, jadi bukti kalo jebolan pos ronda bisa bersaing sama club catur resmi,” tulis @FikriSama.

“Saya suporter Pak Dadang,” tulis akun @bondanrespati91. “Dewa Kipas benar-benar seorang pahlawan dan juga pemberani. Aksi berkelas dari Pak Dadang, timpal @gustaganjar.

“Saya bersama Pak Dadang yang dikenal sebagai Dewa Kipas,” tambah akun lainnya. “Saya rasa, Pak Dadang tetap lebih baik,” timpal @moezaza.

Profil Grand Master Catur Irene Kharisma

Grand Master Catur Irene Kharisma (foto: kompasiana)
Grand Master Catur Irene Kharisma (foto: kompasiana)

Nama Grand Master catur wanita Indonesia Irene Kharisma semakin popular usai terlibat kedalam polemic Dewa Kipas dan Gotham Cess. Dilansir dari laman Kompascom, perempuan bernama lengkap Irene Kharisma Sukandar ini lahir di Jakarta, 7 April 1992. Perkenalan Irene dengan papan catur dimulai ketika melihat sang ayah mengajari Kaisar Jenius Hakiki, kakak laki-lakinya, bermain catur.

Irene yang masih berusia 8 tahun juga sering mengantar kakaknya ke sekolah catur tanpa tahu dirinya berbakat bermain catur. Penggemar cerita wayang dan pelajaran sejarah ini tertarik melihat jalannya buah catur dan sang ayah kemudian memasukkan dia ke sekolah catur. Mulai berlatih di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi, sejak 1999, Irene tumbuh menjadi pecatur putri yang patut diperhitungkan.

Berlatih serius selama tiga sampai empat jam mulai Senin hingga Jumat, mengantarkan Irene meraih gelar juara pertama kali ketika masih kelas IV SD. Untuk mengasah permainannya dan mendapat pengalaman yang lebih besar, Irene ikut bertarung di sektor putra. Sejak itu, dia meraih beragam prestasi dan penghargaan, baik di dalam maupun luar negeri.

Irene mendapatkan gelar Master Nasional Wanita Termuda Indonesia dan menduduki peringkat 10 besar. Ketika masih SMP, Irene menggenggam gelar Master dari federasi catur dunia (FIDE) dan mulai Desember 2008, ia menjadi orang Indonesia pertama yang meraih gelar Grand Master Internasional Wanita (GMIW).

Duel Dewa Kipas vs Irene Kharisma akhirnya terwujud (Foto: detikcom/Rengga Sancaya)
(Foto: detikcom/Rengga Sancaya)

Dia pernah menjadi atlet termuda dari semua cabang ketika terpilih menjadi anggota kontingen Indonesia untuk SEA Games Vietnam 2003. Dari ajang tersebut, Irene yang saat itu berusia 11 tahun membawa pulang dua keping medali perak. Tahun 2014, setelah berjuang selama hampir enam tahun dan mencapai rating 2400, Irene berhak menyandang gelar baru, Master Internasional (IM), gelar bagi pecatur laki-laki.

Sebelumnya, Irene sering diajak oleh ayahnya, Singgih Yehezkiel, untuk bermain catur di lapak-lapak. Menurut pengakuan sejumlah pecatur lapak di Kebayoran Lama, yang juga kawasan tempat tinggal Irene dahulu, Singgih kerap mengundang pecatur lapak untuk bermain catur dengan Irene di rumahnya.

“Agar pecatur lapak main serius, Pak Singgih memberi sejumlah uang kepada pecatur yang mengalahkan Irene,” ujar Topan, yang dijuluki GM alias ‘Gila Main’.

Irene mengaku, kesuksesannya di pentas catur dunia tak lepas dari mental yang teruji sedari dini. Lapak menjadi salah satu tempatnya mengasah mental.

“Kalau teori dan strategi, bisa dipelajari dari buku dan internet. Namun, mental hanya didapat melalui praktik, salah satunya dari lapak,” ungkap Irene.

Irene mengisahkan, ia sudah diajak ayahnya bermain di lapak-lapak sejak usia 8 tahun, dengan durasi sekitar 4 jam per hari. Tujuannya, menambah pengalaman dan jam terbang.

“Dari lapak, saya bisa memahami beragam cara bermain dan karakter lawan, terutama mereka yang lebih dewasa,” tutur Irene.