Medan memang terkenal dengan aneka kuliner nikmat. Selalu ada agenda berburu makanan enak dalam daftar jalan-jalan di kota terbesar ketiga Indonesia ini. Namun, daya tariknya sebenarnya lebih dari sekadar kuliner. Pernah berjaya di industri perkebunan Tembakau Deli pada masa lalu, menjadikan Medan kaya warisan sejarah perkebunan dan keberagaman suku. Pun geliat kopi lokal saat ini yang membuatnya makin bergairah.
Nah, jika kamu ingin menghabiskan liburan akhir pekanmu di kota Medan, kemana saja kamu bisa berjalan-jalan? Yuk ikuti tips weekend getaway in Medan berikut ini.
Gedung London Sumatera
Berjalan kaki di sekitaran kota tua Kesawan pada Sabtu pagi jauh lebih menyenangkan ketimbang hari biasa. Jalanan lengang sehingga menikmati keindahan bangunan-bangunan tua di kawasan ini menjadi lebih leluasa. Salah satu warisan heritage paling menonjol adalah Gedung London Sumatera atau Gedung Lonsum (Jl. Ahmad Yani No. 2, Kesawan). Bangunan tua bercat putih bergaya rumah-rumah di London pada abad ke 18-19 ini dulu merupakan kantor perkebunan Harrison & Crossfield Company (H&C). Dibangun pada tahun 1906, Gedung Lonsum memberikan catatan penting dalam sejarah kota Medan. Di dalam gedung kantor ini terdapat lift pertama di Sumatera. Sampai saat ini, lift manual tersebut masih terawat dengan baik. Para pengunjung bisa merasakan sensasi naik lift seperti film-film klasik. Dan karena sedang weekend berarti kamu bisa berkunjung ke dalam. Kunjungan ke dalam gedung hanya diperbolehkan di luar jam kerja ya, Guys…
Tjong A Fie Mansion
Masih berada di Kawasan Kota Tua Kesawan (Jl. Ahmad Yani No. 105; 0813-7516-0031; tjongafiemansion.org), bangunan bergaya Tionghoa, Eropa, Melayu, dan Art Deco ini merupakan rumah tinggal Keluarga Tjong A Fie. Sebagai pengusaha berpengaruh pada masanya, Tjong A Fie mempunyai peranan penting dalam sejarah kota Medan. Di dalam bangunan berusia ratusan tahun ini para pengunjung bisa mengenal riwayat perjalanan Tjong A Fie dan budaya Tionghoa lewat foto-foto yang didokumentasikan dengan baik, lukisan, perabotan rumah, dan arsitektur bangunannya. Tjong A Fie Mansion buka setiap hari hingga pukul 5 sore dengan tiket masuk Rp. 35.000.
Tip Top Restaurant
Jika Anda ingin menikmati cake nikmat yang dipanggang di dalam tungku pemanggangan roti tradisional, juga eskrim olahan rumahan rasa masa lalu, mampirlah ke Tip Top Restoran (Jl. Ahmad Yani No. 92 A-B; +6261 4514442- 4532042; tiptop-medan.com). Telah dikelola lebih dari tiga generasi, menikmati makan siang di sini membawa Anda terlempar kepada masa puluhan tahun silam. Ada aroma nostalgia dan romansa pada dindingnya, taplak meja, hingga seragam para waiter. Kenangan menjadi atmosfer. Saat berkunjung, mungkin Anda akan bertemu satu dua wisatawan asal Belanda. Banyak yang berkunjung ke sini. Menggenang ingatan masa kecil atau sekadar menelusuri jejak leluhurnya saat kejayaan perkebunan Belanda di Tanah Deli.
Kampung Madras
Dulu dikenal sebagai Kampung Keling. Namun sejak tahun 2008 sebutan itu diganti dengan Kampung Madras (Jl. Zainul Arifin). Kawasan yang merupakan lingkungan pemukiman etnis keturunan India. Bisa dibilang Little India-nya Indonesia. Medan merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki komunitas masyarakat keturunan India. Kedatangan kaum India ke Medan erat kaitannya dengan sejarah perkebunan tembakau di Sumatera Utara. Di kawasan ini, Anda bisa menemukan pertokoan yang menjual berbagai rempah India, kain sari, kuliner kaki lima seperti roti canai, juga restoran India yang menggoda lidah. Bila beruntung, Anda bisa melihat perayaan keagamaan di Kuil Hindu berusia ratusan tahun, Shri Mariamman. Kuil megah berwarna keemasan ini memiliki arsitektur yang indah. Ukiran-ukiran kolem pada lantai dan langit-langitnya selalu membuat terpesona.
Omerta Koffie
Sebuah kota tanpa tempat berdiskursus akan hampa. Begitupun, sebuah kedai kopi tanpa jiwa akan ditinggalkan penikmatnya. Itulah Omerta (Jl. Wahid Hasyim No. 9), pioner bagi kedai kopi specialty yang menyediakan biji kopi langsung dari petani. Nama-nama penghasil kopi seperti Lintong, Mandailing, Sidikalang atau Gayo sudah biasa terdengar. Di Omerta nama-nama ini menjadi lebih spesifik. Ada Purba, Raya, Aji Jahe, Aji Julu, Dolok Sanggul, Janji Maria, Naman Teran, Tiga Panah, Simpang Banyak, Ronggur, Tiga Binanga, dan sebagainya. Omerta terdepan mengedukasi Medan soal menikmati kopi. Tak ada WiFi, di kedai tanpa penanda ini, pengunjung “dipaksa” menjadi akrab satu sama lain. Ruang diskusi dan sosialisasi, tidak hanya anak muda tetapi semua kalangan.
Graha Maria Annai Velangkani
Gereja Katolik ini (Jl. Sakura III No. 7, Tanjung Selamat; +6261 8201943; velangkanni.com) merupakan gereja untuk umat Katolik keturunan India Tamil di Medan. Desainnya sangat unik. Undakan serta patung-patung para rasul dan nabi yang menghiasi bangunan dibuat bergaya Hindu, sehingga sekilas tampak seperti kuil Hindu. Anda akan merasakan takjub melihat keharmonisan dan kerukunan keberagaman di sini. Di pintu masuk, dekorasi miniatur rumah adat Batak Toba dan Karo menghiasi gapuranya. Begitu memasuki komplek gereja, pandangan mata akan tertuju pada dua tangga masuk di kiri dan kanan bangunan, seperti rentangan tangan yang siap memeluk siapa saja yang datang. Pastor James Bharataputra, pendiri Graha Maria Annai Velangkani, pernah mengatakan bahwa ini merupakan simbol kerukunan. Semua umat beragama harus saling merangkul.
Komentar
Urutkan