DOMIGADO – Perayaan tahun baru Imlek identik dengan sajian kue-kue dan juga makanan khas asal negeri China yang penuh filosofi. Imlek atau tahun baru China selalu disambut meriah oleh warga keturunan Tionghoa. Tradisi-tradisi unik dengan menyajikan kuliner khas imlek tidak luput dari perhatian.
Beberapa makanan khas imlek juga memiliki filosofi yang mendalam. Menurut kepercayaan turun temurun keluarga Tionghoa, makanan-makanan ini merupakan simbol pengharapan dan doa agar di tahun yang baru, seluruh anggota keluarga dilimpahi kesehatan dan keberuntungan. Dilansir dari berbagai sumber, berikut kuliner khas imlek dengan filosofi yang ada di dalamnya.
1. Kue Keranjang (Nian gao), kuliner imlek dengan filosofi mendalam
Mungkin bagi beberapa orang, agak sulit untuk menyebut nama makanan ini, Beberapa masyarakat awam lebih familiar dengan nama kue keranjang. Makanan ini sangat penting dalam perayaan Imlek sebab ini adalah makanan tradisional di China dan sudah ada sejak ribuan tahun Nian gao adalah hidangan Imlek yang sangat penting dibandingkan makanan lainnya, karena dipercaya dapat merekatkan hubungan kekeluargaan.
Filosofis itu tercermin dari tekstur nian gao yang lengket. Selain makna itu, jika kue keranjang disusun bertumpuk maka maknanya agar berharap mendapatkan kemakmuran. Kue keranjang juga bisa disebut Nian Gao, yang berarti kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada tahun baru Imlek.
2. Yee Sang, filosofi dalam dan salah satu kuliner wajib saat Imlek
Bagi orang awam, Yee Sang mungkin terlihat seperti salad dengan berbagai sayur beraneka warna yang diletakkan dalam sebuah piring raksasa. Ada pula potongan ikan mentah yang ditambahkan di atas Yee Sang. Yee Sang ini merupakan tradisi melempar makanan yang kerap dilakukan etnis Tionghoa di Malaysia.
Yee Sang merupakan makanan yang memiliki filosofi yang tinggi. Semakin tinggi mengangkatnya dengan sumpit, maka akan semakin baik. Artinya semakin banyak rejeki yang diterima. Tradisi saat memakan Yusheng disebut lo hei. Tradisi ni mengharuskan mengumpulkan seluruh anggota dalam meja, lalu mengaduk-aduk yusheng dengan sumpit sambil mengucapkan selamat Tahun baru Imlek, lalu sumpit diangkat dengan tinggi-tinggi.
3. Siu Mie, kuliner Imlek dengan filosofi mendalam
Siu Mie atau mie panjang umur ini kerap hadir dalam perayaan Imlek. Karena Siu mie ini melambangkan umur yang panjang, kebahagiaan, serta limpahan rejeki bagi orang yang memakannya. Cara memakan siu mie sangat unik, mie ini dimakan secara utuh tanpa digigit, jika terputus berarti memiliki makna yang kurang baik. Mi baru boleh digigit dan dikunyah setelah semua bagiannya sudah ada di dalam mulut. Siu mie disajikan seperti mi goreng pada umumnya, menggunakan kol, sawi, udang, bakso, ayam, atau sosis.
4. Jeruk Mandarin
Jeruk mandarin memiliki warna orange yang bagus. Masyarakat China mengartikan warna orange cerah ini dianggap sebagai lambang emas yang berkonotasi pada rezeki yang berupa uang. Nama jeruk mandarin pertama muncul karena buah ini hanya disediakan untuk para pejabat di Tiongkok kuno.
Buah Jeruk ini biasanya dicari dan dihidangkan adalah jeruk yang masih ada tangkai dan daunnya. Selain melambangkan rezeki yang berlimpah, jeruk utuh dengan warna kuning keemasan ini juga melambangkan kemakmuran, kekayaan, dan kesejahteraan yang akan selalu tumbuh. Masyarakat Tionghoa juga akan membagikan jeruk ini ke sanak keluarganya dengan maksud agar rezekinya terus bertambah.
5. Lapis Legit
Makanan ini tak jauh dari filosofi Imlek. Kue yang sering kita jumpai ini bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia menjadi makanan khas Imlek. Kue ini juga memiliki makna rezeki yang berlapis-lapis hingga tumpang tindih, dan bagi siapa pun yang memakannya akan memiliki kehidupan yang manis dan legit. Lapis Legit menjadi simbol atau doa, agar setiap orang mendapat rezeki berlimpah sampai tahun-tahun berikutnya.
6. Manisan segi delapan
Makanan satu ini memang tak lepas dari perayaan Imlek dan rangkaian filosofi. Manisan segi delapan ini dikemas berbentuk segi 8 dan diisi dengan berbagai makanan ringan. Manisan segi delapan ini juga disebut dengan tray of togetherness atau prosperity box. Dalam satu box tray of togetherness atau prosperity box biasanya berisi manisan-manisan:
- Manisan melon, melambangkan kesehatan dan perkembangan hidup.
- Jeruk kumquat, melambangkan kemakmuran dan emas.
- Kelapa kering atau kelapa segar, melambangkan persatuan dan persahabatan.
- Kelengkeng, melambangkan banyak anak.
- Biji teratai, melambangkan kesuburan.
- Buah leci, melambangkan ikatan keluarga yang kuat.
- Kacang tanah, melambangkan doa agar panjang umur.
- Semangka merah, melambangkan kebahagiaan dan kejujuran
7. Ayam atau Bebek
Dalam perayaan Imlek, ayam atau bebek biasanya dimasak dan disajikan secara utuh tanpa dipotong-potong. Hal ini dimaknai sebagai harapan agar keluarga tetap bersama, tetap utuh, dan bahagia. Selain itu, ayam atau bebek menjadi simbol udara yang memiliki arti kesetiaan dan ketaatan. Menurut tradisi Tiongkok, ayam dan bebek diibaratkan memiliki sifat yang serakah sehingga dengan menyantap dagingnya orang akan terhindar dari sifat buruk tersebut.
8. Daging Babi
Hidangan babi juga dipercaya sebagai pembawa keberuntungan karena diibaratkan seperti kantong yang dapat menampung banyak rezeki. Dan daging babi ini juga merupakan salah satu makanan khas Imlek dan disantap bersama keluarga besar. Seperti yang sudah diketahui babi adalah hewan yang malas. Sehingga diharapkan juga orang yang memakan babi saat Imlek tidak akan menjadi pemalas.
9. Ikan Bandeng
Dalam tradisi Tionghoa, mengonsumsi ikan bandeng pada Hari Raya Imlek, dipercaya dapat mendatangkan rezeki berlimpah. Dalam bahasa Mandarin, kata ‘ikan’ ketika diucapkan memiliki bunyi yang sama ketika mengucapkan kata ‘yu’, yang berarti rezeki.
Tak hanya itu, posisi ikan bandeng saat berenang pun, selalu mengarah ke depan dan tidak pernah mundur sama sekali. Hal ini melambangkan usaha yang lancar serta keberuntungan berlimpah. Oleh sebab itu, ketika diolah dan disajikan, ikan bandeng harus tetap utuh tanpa membuang salah satu bagian tubuhnya.
Komentar
Urutkan