DOMIGADO – Adik dari Valentino Rossi, Luca Marini resmi bergabung dengan tim Reale Avintia untuk bersaing di MotoGP musim 2021. Reale Avintia yang di musim 2020 lalu, menggunakan motor Ducati sebagai senjata ampuhnya, menunjuk Luca Marini dan juga Enea Bastianini sebagai pembalap. Seperti apakah kiprah tim Reale Avintia di MotoGP? Mampukah Reale Avianta bersaing dengan tim lain di MotoGP 2021?
Reale Avintia Racing adalah salah satu tim yang berstatus sebagai tim satelit Ducati. Namun dengan status itu, mereka tetap memiliki ambisi besar yang ingin diraih pada gelaran MotoGP 2021. Hal ini dipertegas dengan direkrutnya dua pembalap teratas Moto2 musim 2020 Enea Bastianini dan juga Luca Marini. Reale Avianta yang sebelumnya diperkuat rider berpengalaman Johann Zarco dan juga Tito Rabat, merasa belum puas atas pencapaian di MotoGP musim 2020.
Melansir dari laman Skorid, Zarco, yang bergabung dari LCR Honda setelah didepak Red Bull KTM Factory Racing, diharapkan bisa mendongkrak pencapaian Avintia Racing yang akan memakai motor Ducati Desmosedici GP19. Musim lalu, dengan KTM RC16, Johann Zarco tidak mampu berbicara banyak. Pencapaian terbaiknya adalah finis di posisi ke-10 Grand Prix (GP) Catalan.
Pembalap asal Prancis dengan dua gelar juara dunia Moto2 ini didatangkan untuk menggantikan posisi Karel Abraham yang gagal memenuhi ekspektasi. Sementara Tito Rabat dipertahankan karena performanya membuat Reale Avintia Racing puas. Bahwa rider Spanyol itu bisa membawa tim berprogres. Dengan pembalap berpengalaman dan motor yang lebih baik, Reale Avintia Racing sebelumnya berharap di musim MotoGP 2020 bisa tampil lebih kompetitif.
Pada MotoGP 2019, tim yang berbasis di Madrid, Spanyol ini hanya mampu meraih total 32 poin, membuat mereka menempati posisi juru kunci klasemen akhir. Di musim MotoGP 2020 lalu, Reale Avintia mapu mengumpulkan poin lebih baik, berjumlah 87 poin. Atas progress itulah, akhirnya Ducati memberikan dukungan penuh kepada Reale Avintia untuk terus bersaing di ajang balap motor paling bergengsi MotoGP.
Sebagaimana diketahui, Ducati memang sudah menjadi pemasok mesin Tim Reale Avintia sejak 2014. Namun meski sudah enam tahun berkerja sama dengan Ducati, Tim Reale Avintia nyatanya tetap kesulitan untuk bersaing di MotoGP. Akan tetapi hasil berbeda yang didapat Tim Reale Avintia di musim MotoGP 2020 semakin membuat Ducati yakin untuk mendukung tim ini setidaknya bersaing di papan tengah.
Di musim MotoGP 2019, Tim Reale Avintia masih berstatus sebagai tim privateer dan sangat ketinggalan dari tim satelit yang mendapat dukungan lebih pabrikan. sama-sama memakai motor Ducati, status tim Reale Avintia Racing dengan Alma Pramac Racing sangat jauh. Tim Pramac mendapat dukungan banyak dari Ducati, sementara Reale Avintia Racing hanya lebih ke customer saja.
Dilansir dari laman Gridoto, setelah Angel Nieto Team diakuisisi Sepang Racing Team yang merapat jadi tim satelit Yamaha, lalu Marc VDS mundur, tinggal hanya Avintia saja yang berstatus tim privat. Mendapat peluang yang lebih sempit dibanding tim satelit yang didukung pabrikan, Avintia ingin juga mengubah statusnya. Saat itu masih ada Suzuki dan Aprilia sebagai tim pabrikan yang masih belum punya tim satelit.
Tim-tim lain juga sudah sangat dekat dengan tim pabrikan. Banyak sekali keuntungan yang didapatkan tim satelit dibandingkan dengan tim privateer, mulai dari status pembalap, motor, perangkat-perangkat, dan masih banyak lainnya. Petronas SRT di Yamaha, LCR di Honda, Pramac di Ducati, Tech3 di KTM, semuanya mendapat dukungan bagus dari pabrikannya.
Di musim MotoGP 2020 sendiri, Avintia sebenarnya cukup mengalami kesulitan karena pandemi. Manajer Tim Reale Avintia, Ruben Xaus, mengatakan jika ia cukup bersyukur dan berterima kasih kepada Ducati karena sudah mendukung dengan mengurangi biaya sewa motor yang digunakan tim. Ruben Xaus juga mengatakan dana bantuan dari Dorna Sports sangat berguna bagi tim-tim privateer.
Akan tetapi, dana itu hanya cukup untuk membayar biaya tetap, bukan harga sewa motor yang paling menyedot anggaran. Seperti diberitakan okezone, Dorna Sports mengucurkan dana sebesar 250 ribu Euro (setara Rp4,3 miliar) untuk periode April-Juni 2020 untuk enam tim independen. Dana bantuan tersebut dikucurkan sebagai kompensasi karena ketiadaan balapan pada periode itu.
Berbeda dengan tim-tim pabrikan, tim-tim privateer mengandalkan pemasukan dari sponsor dan pekan balapan. Tidak ada balapan berarti tidak ada pemasukan berarti bagi enam tim tersebut. Kelangsungan hidup mereka pun terancam untuk MotoGP 2020 bahkan 2021. Ruben Xaus mengakui timnya sedang menjalin negosiasi dengan Ducati perihal biaya sewa motor Desmosedici yang nilainya bisa mencapai 4 juta Euro (setara Rp69 miliar) per musim.
Upaya tersebut tidak sia-sia. Ducati tidak masalah jika biaya sewa motor dihitung sesuai lamanya Kejuaraan Dunia MotoGP 2020 serta jumlah mesin dan material yang dipakai.
“Dana dari Dorna membantu kami membayar biaya tetap, tetapi tidak untuk sewa motor. Tim-tim pabrikan paham kami tidak bisa membayar biaya sewa untuk motor-motor itu. Kami berbicara dengan Ducati 2-3 kali sepekan dan sikap mereka sungguh adil,” ungkap Ruben Xaus, dilansir dari Motorsport, Minggu (12/4/2020) lalu.
“Kami akan menyepakati jumlah biaya sewa motor berdasarkan lamanya Kejuaraan Dunia MotoGP 2020, jumlah mesin yang kami pakai, material, dan logistik,” pungkas pria asal Spanyol tersebut.
Di musim MotoGP 2021, dengan bergabungnya Luca Marini dan juga Enea Bastianini ke dalam tim, Avintia berharap timnya mampu berbicara lebih. Ruben Xaus juga berharap jika timnya akan mendapatkan kepercayaan yang lebih lagi dari pabrikan, dan menjadi tim satelit agar perjalanan mengarungi MotoGP selanjutnya terasa lebih ringan dan juga percaya diri.
Komentar
Urutkan